Alasan Harga Saham BREN Super Mahal, Begini Komparasinya dengan NVDA

Alasan Harga Saham BREN Super Mahal, Begini Komparasinya dengan NVDA

Mikirduit – Saham BREN sempat dibandingkan dengan tren kenaikan harga saham NVDA di Amerika Serikat (AS) setelah sejak listing di BEI, harga saham milik Prajogo Pangestu itu meroket. Namun, kenapa saat ini mulai dipermasalahkan adanya indikasi manipulasi pasar? 

Mungkin banyak yang menilai fundamental tidak selalu membuat harga naik. Namun, percayalah fundamental itu basis dasar kenapa kita beli sebuah saham. Soalnya, saham itu adalah bukti kepemilikan perusahaan. Harga saham di pasar saham bisa naik jika permintaan beli meningkat. 

Permintaan beli atas sebuah saham bisa meningkat diawali oleh big fund yang masuk dengan asumsi fundamental bisnis. Dari situ, trader kecil-kecil ikut untuk masuk sehingga mendorong harga bisa lebih tinggi. 

Sebaliknya, saat kinerja keuangan memburuk, harga saham akan turun karena banyak yang tidak tertarik dengan prospeknya. Trader kecil-kecil juga ikut menghindar saham tersebut. Lalu, apa yang salah dengan pergerakan harga saham BREN?

💡
DISCLAIMER: Konten ini tidak memberikan ajakan jual-beli saham AS. Investasi atau trading saham AS memiliki tingkat risiko yang tinggi dan wajib diantisipasi oleh masing-masing investor.

Korelasi Prospek Fundamental dengan Pergerakan Harga Saham

Saham BREN bisa dibilang pemain panas bumi terbesar di Indonesia dengan menguasai beberapa wilayah kerja panas bumi yang cukup besar dari Salak hingga Darajat. Namun, bisnis panas bumi bukanlah bisnis yang bisa mencatatkan pertumbuhan eksponensial, tapi lebih ke pertumbuhan berkelanjutan secara bertahap dari recurring income penjualan hasil listriknya. 

Selain itu, panas bumi juga bisa membantu pemanasan kolam, pengeringan lahan pertanian, dan beberapa aktivitas pertanian lainnya.  Dari skala ini, pendapatan yang terbesar tetap dari menjualnya sebagai sumber energi listrik. 

Lalu, pendapatan BREN dari credit carbon juga tidak signifikan hingga membuat pertumbuhan kinerjanya menjadi eksponensial. Untuk itu, bagi fundamentalis kenaikan harga saham BREN yang sempat ke Rp10.000-an per saham ini agak kurang realistis dibandingkan dengan prospeknya. “Jadi, kenapa bisa harga saham BREN naik tinggi dengan prospek bisnis yang biasa saja?

Jika dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS), basis penguatan saham NVDA memiliki dasar yang cukup kuat. NVDA tidak naik hanya sekadar sentimen artificial intelligence (AI), tetapi sudah mencapai tahapan sentimen tersebut berdampak terhadap kinerja keuangannya.

Saham NVDA sudah naik sejak 2020 sejak tren mining bitcoin meningkat sehingga meningkatkan harga jual GPU, termasuk milik perseroan. Hal itu menjadi salah satu pendorong kinerja keuangan NVDA pada periode 2020-2022. 

Kinerja saham NVDA sempat mulai melambat pada laporan keuangan fiskal 2023 (Februari 2022 ke Januari 2023). Pendapatan naik tipis sebesar 0,22 persen, sedangkan laba bersih turun 55,21 persen. Dalam tren penurunan kinerja keuangan itu, investor kawakan seperti Cathie Wood pun kena gocek dengan saham NVDA dengan menjual kepemilikan seluruhnya. 

Namun, kinerja NVDA berbalik arah meroket dalam tahun fiskal 2024 (Februari 2023 ke Januari 2024). NVDA mencatatkan kenaikan pendapatan hingga 125,85 persen menjadi 60,92 miliar dolar AS, sedangkan laba bersih naik 581 persen menjadi 29,76 miliar dolar AS. 

Bahkan tren kenaikan kinerja NVDA diperkirakan berlanjut di tahun fiskal 2025 (Februari 2024 – Januari 2025). Pendapatan NVDA diperkirakan naik 106 persen, sedangkan laba bersih naik 127 persen. salah satu pendorong kinerja NVDA adalah produk super chip Blackwell yang permintaannya cukup tinggi. 

Hal itu yang mendorong harga saham NVDA naik tinggi. Bahkan, setelah harga sahamnya meroket, valuasi NVDA masih cukup lebih wajar dibandingkan dengan kompetitornya. Seperti PE NVDA sebesar 63,9 kali masih lebih rendah dibandingkan dengan Advanced Micro Devices (AMD) dan Broadcom yang masing-masing punya PE 186,4 kali dan 153,1 kali. 

Meski, secara PBV, NVDA memang yang paling mahal sebesar 58,2 kali dibandingkan dengan kompetitornya seperti AMD dan Broadcom. 

Namun, alasan kuat kenapa saham NVDA bisa menarik minat lebih jelas dibandingkan dengan saham BREN.

💡
Cara Berinvestasi Saham AS: Kamu bisa mulai investasi saham AS mudah dengan download dan daftar di Gotrade. Daftar dengan link ini untuk mendapatkan 2 dolar AS dari Gotrade.

Sorotan Jumlah Saham Publik

Salah satu yang menjadi perhatian saham BREN adalah kepemilikan saham publik yang rendah. Hingga FTSE Russell membatalkan masuknya BREN ke indeksnya karena mayoritas saham BREN hanya dimiliki oleh segelintir pihak. 

Hal itu sudah menjadi pertanyaan saat BREN IPO dengan hanya melepas 3 persen saham baru. Adapun, total pemegang saham BREN sebelum IPO ada empat, yakni BRPT sebesar 66,67 persen, Green Era Energi 24,33 persen, Jupiter Tiger Holdings sebesar 4,5 persen, dan Prime Hill Fund sebesar 4,5 persen.

Hanya sekitar 1% saham BREN dimiliki oleh individu lokal dan asing, koperasi, yayasan, dana pensiun, asuransi, dan reksa dana. Sisanya 99 persen saham BREN dikuasai oleh perseroan terbatas, dan badan usaha asing. Jadi, siapa saja mereka?

Setelah resmi listing di IDX, jumlah free float BREN menjadi 11,73 persen. Diasumsikan, angka 11,73 persen itu juga menghitung kepemilikan saham di Jupiter Tiger Holdings dan Prime Hill Fund yang secara total 9 persen. 

Namun, jika dilihat secara lebih detail per 30 September 2024, jumlah investor ritel yang pegang BREN hanya 0,33 persen. Secara umum, 99 persen saham BREN dipegang oleh perseroan terbatas dengan total 107 pihak, serta badan usaha asing dengan total 90 pihak. 

Sebenarnya, strategi IPO BREN ini mirip seperti GOTO. Kala itu, GOTO melepas sekitar 3,43 persen sahamnya ke publik. Namun, free float GOTO naik tinggi menjadi 85 persen. Saham-saham GOTO yang dimiliki oleh investor sebelum IPO yang di bawah 5 persen dianggap sebagai free float. 

Bedanya dengan kasus BREN, investor yang punya kurang dari 5 persen ini justri lebih fleksibel untuk menjual sahamnya, terutama setelah periode lock up selesai. 

Di sisi lain, berbeda juga dengan NVDA yang free floatnya memang cukup besar. Bahkan, pihak publik secara umum di luar institusi itu pegang sekitar 29,9 persen saham NVDA. Artinya, kenaikan harga saham NVDA memang bergerak naik karena permintaan yang cukup tinggi dari investor. Sementara itu, saham BREN naik tinggi karena free float publik investor ritel yang bertransaksi hanya dapat porsi 0,33 persen dari total seluruh saham.

4 Pilihan Investasi di Pasar Modal yang Bisa Membuatmu Financial Freedom
Ada banyak pilihan investasi, tapi mana yang terbaik dan bagus untuk dipilih? kami akan ulas semuanya dan memberikan gambaran mana yang terbaik.

Perbedaan BREN dengan AMMN, PANI, dan DSSA

Lalu, kenapa BREN bisa dianggap berbeda dengan beberapa saham di Indonesia lainnya yang juga menguat signifikan. Jawabannya ada di keselarasan antara kinerja keuangan fundamental dan respons kenaikan harga. 

BREN memang ada aksi korporasi dengan mengakuisisi pembangkit listrik tenaga angin ACEN. Namun, aksi korporasi itu bukan jadi langkah strategis yang bisa mendorong kinerja keuangan perseroan menjadi eksponensial. 

Apalagi, dalam kinerja semester I/2024, BREN mencatatkan penurunan 2,33 persen, sedangkan laba bersih naik tipis 0,53 persen. Dengan tren kinerja tersebut, kenaikan harga BREN yang sempat ke Rp11.000-an menjadi tidak masuk akal. 

Berbeda dengan BREN, beberapa saham yang menguat lainnya masih punya alasan kuat untuk bisa mendorong pertumbuhan bisnisnya. Misalnya: 

Saham AMMN mencatatkan kinerja laba bersih yang meroket hingga membantu dongkrak laba bersih MEDC. Alasannya, sepanjang 2024, AMMN mampu mendorong pertumbuhan pendapatan karena sudah pegang izin ekspor bijih tembaga. Di periode sama tahun sebelumnya pada semester I/2023, AMMN belum bisa ekspor tembaga karena belum diizinkan oleh regulator. PANI menjadi salah satu saham sensasional setelah konsorsium Aguan akuisisi perusahaan kemasan tersebut. Dari situ, harga saham PANI terus melonjak selaras dengan pertambahan jumlah land bank PANI. Seperti, PANI punya sekitar 9,05 juta meter persegi yang lagi dikembangkan, serta 7,44 juta meter persegi untuk yang belum dikembangkan. Meski, pergerakan harga saham PANI juga cukup tinggi sehingga sangat berisiko untuk berinvestasi di sana dalam jangka panjang. DSSA: mulai naik sejak perseroan melakukan buyback. Selain itu, DSSA juga punya beberapa aksi korporasi dari akuisisi DANA hingga terakhir lagi proses akuisisi merger EXCL dengan FREN.

Adapun, setelah dikabarkan OJK lagi proses pemeriksaan BREN, harga saham BREN bergerak sideways. Seolah tidak ada penggerak agar harga sahamnya bisa meroket lebih tinggi lagi.

Kesimpulan

Kami tidak menuduh BREN melakukan manipulasi pasar, tapi kami hanya menilai harga saham BREN sudah tidak masuk akal jika dibandingkan dengan fundamentalnya. Seperti dalam tulisan sebelumnya, kami asumsikan PBV BREN sebesar 3 kali, berarti harga wajarnya sekitar Rp178 per saham. 

Bahkan, jika kita asumsikan harga wajar BREN sebesar PBV 10 kali, berarti harga wajarnya sekitar Rp590 per saham. 

Tapi apakah tidak bisa cuan di saham BREN? jawabannya ya bisa saja jika dalam jangka pendek, tapi kami cukup ragu untuk menjadi saham BREN investasi jangka panjang dengan valuasi yang cukup tinggi. 

Kalau menurutmu gimana dengan saham BREN?

Mulai Langkah Investasi Saham-mu Bersama Mikirdividen

Kamu bisa mengetahui gambaran benefit jadi member mikirdividen dengan klik di sini.

Secara umum, kamu akan mendapatkan beberapa benefit dengan menjadi member mikirdividen seperti:

Analisis 31 Saham Dividen yang Cocok untuk Investasi Jangka Panjang (Di-update fundamentalnya per 3 bulan dan harga wajar secara real-time)24 Digest, Publikasi bulanan yang bisa memandumu investasi saham dengan fenomena yang bakal terjadi di bulan selanjutnyaGrup Diskusi di WhatsappEvent Online Bulanan

Kamu bisa jadi member Mikirdividen dengan Harga Diskon 33% menjadi Rp400.000 per tahun. Untuk join jadi member bisa klik di sini. | Promo Paket Ini Berlaku Hingga 31 Desember 2024

Selain itu ada promo lainnya seperti:

Paket Lengkap Mikirdividen 1 Tahun + Paket e-Book Saham Pertama: DISKON 44% menjadi Rp500.000. Tertarik dengan paket ini, klik link di sini | Promo Paket ini hanya berlaku hingga 30 September 2024Paket e-Book Saham Pertama dengan Benefit (e-Book Saham Pertama, Rekaman Event Saham Pertama, Kalkulator Harga Wajar): DISKON 33% menjadi Rp200.000. Tertarik dengan paket ini, klik link di sini | Promo Paket Ini Berlaku hingga 31 Desember 2024

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini

Loading