Laba MBMA Meroket, Begini Perbandingannya dengan NCKL dan INCO

Laba MBMA Meroket, Begini Perbandingannya dengan NCKL dan INCO

Mikirduit – Saham PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) baru saja merilis kinerja keuangan kuartal II/2024, hasilnya perseroan mampu mencatatkan turnaround story dari rugi menjadi laba. Apakah artinya prospek saham MBMA menarik? berikut perbandingannya dengan dua saham pure nikel lainnya. 

Saham MBMA mencatatkan laba bersih senilai 20,39 juta dolar AS dibandingkan dengan kerugian sekitar 19,65 juta dolar AS. 

Posisi laba bersih yang positif itu didorong oleh kenaikan pendapatan sebesar 162,59 persen menjadi 921,64 juta dolar AS. 

Kenaikan pendapatan perseroan didorong oleh kenaikan penjualan nikel jenis matte sebesar 640,7 persen menjadi 386 juta dolar AS, sedangkan penjualan nikel pig iron naik 60,49 persen menjadi 479,5 juta dolar AS. Lalu, MBMA juga mencatatkan penjualan bijih nikel limonit senilai 55,44 juta dolar AS.

Ditambah, secara operasional, saham MBMA juga lebih efisien setelah gross profit margin naik menjadi 6,86 persen dibandingkan dengan 5,25 persen pada periode sama tahun sebelumnya. 

Catatannya, tingkat utang berbunga MBMA, termasuk kepada pemegang saham dan entitas anak dari pemegang saham mencatatkan kenaikan sebesar 21,94 persen menjadi 592,83 juta dolar AS. Namun, tingkat utang itu masih wajar dengan tingkat debt to Equity rasio (DER) sekitar 0,38 kali. 

Dengan kinerja keuangan yang bertumbuh signifikan seperti itu, seberapa menarik saham MBMA jika dibandingkan dengan saham nikel lainnya?

Saham NCKL

Saham NCKL bisa dibilang satu angkatan dengan MBMA di IDX, karena listing di periode yang sama. 

Kinerja NCKL sampai semester I/2024 sebenarnya juga positif. Meski, laba bersihnya hanya naik 2,22 persen menjadi Rp2,8 triliun. 

Sebenarnya, dari segi pendapatan, NCKL mencatatkan kenaikan sebesar 25,01 persen menjadi Rp12,8 triliun. Pendapatan NCKL didorong dari hasil pengolahan nikel yang naik 33,88 persen menjadi Rp11,49 triliun, meski dari penambangan nikel mencatatkan penurunan sebesar 20,94 persen menjadi Rp1,31 triliun.

Sayangnya, kenaikan pendapatan di atas 20 persen itu juga diiring dengan kenaikan beban pokok pendapatan dari segi biaya bahan bakar, bahan baku, dan tenaga kerja yang membuat laba kotor NCKL hanya naik 9,24 persen menjadi Rp3,82 triliun. Tingkat gross profit margin perseroan pun turun menjadi 29,85 persen dibandingkan dengan 34,15 persen pada periode sebelumnya. 

Lalu, laba bersih NCKL tertekan karena adanya kenaikan beban bunga yang cukup signifikan sebesar 598 persen menjadi Rp419 miliar. Hasilnya, net profit margin NCKL turun menjadi 21,9 persen dibandingkan dengan 26,8 persen pada periode sama tahun sebelumnya. 

Dari sisi rasio utang, NCKL mencatatkan kenaikan utang berbunga sebesar 1,31 persen menjadi Rp25,63 triliun. Jika dibandingkan dengan ekuitas, tingkat debt to Equity rasio NCKL masih cukup aman di 0,33 kali.

Jangan Ditunda Lagi! Ini Alasan Pentingnya Investasi Saham
Banyak yang bilang kalau investasi itu enaknya menunggu modal besar, tapi asumsi itu salah besar. Berikut ini alasan kenapa kamu harus mulai investasi sejak dini.

Saham INCO

Berbeda dengan MBMA dan NCKL, saham INCO bisa dibilang lebih senior dibandingkan dengan keduanya. Bahkan, dari segi utang, INCO juga mencatatkan zero debt. 

Namun, dari segi kinerja keuangan, saham INCO justru yang paling tertekan dibandingkan dengan dua saham nikel lainnya. Laba bersih INCO di semester I/2024 mencatatkan penurunan sebesar 82,06 persen menjadi 37,28 juta dolar AS. 

Penurunan laba bersih itu dipicu oleh penurunan pendapatan sebesar 27,35 persen menjadi 478,75 juta dolar AS. Dari penjelasan manajemen, penyebab penurunan pendapatan INCO antara lain, harga nikel di LME turun ke area 16.000 dolar AS per ton dibandingkan dengan periode sama di tahun lalu sebesar 22.000 dolar AS per ton.

Pasalnya, dari segi volume produksi disebut lebih bagus dibandingkan dengan 2023, sedangkan dari cash cost atau biaya produksi juga masih terjaga dengan baik. Perseroan berupaya menjaga cash cost di bawah 10.000 dolar AS per ton sehingga margin keuntungan bisa terjaga optimal. 

Penurunan harga nikel di LME pun menekan gross profit margin perseroan menjadi 12,86 persen dibandingkan dengan 33,46 persen pada periode sama tahun sebelumnya. 

Adapun, dari biaya operasional, INCO juga cukup efisien, hanya saja ada kenaikan selisih kerugian kurs senilai 19 juta dolar AS dibandingkan dengan laba 55 juta dolar AS pada periode sama di tahun sebelumnya. 

Salah satu tantangan INCO di 2024 adalah adanya jadwal maintenance alat produksi perseroan. Hal itu membuat target volume produksi di 2024 cenderung stagnan di 70.800 ton nikel matte. Dengan produksi yang stagnan dan penurunan harga itu membuat tekanan ke kinerja perseroan. 

Kesimpulan

Jadi, lebih bagus NCKL, MBMA, atau INCO? kami akan membedah dari berbagai sisi. Jika dilihat kinerja MBMA lebih atraktif dibandingkan dengan NCKL maupun INCO karena adanya kenaikan volume penjualan sehingga meski harga nikel sedang jelek, mereka masih mampu mencatatkan pertumbuhan yang positif.

Tantangannya adalah jika harga nikel belum bangkit di 2025, kinerja MBMA bisa kembali turun. Meski, jika harga nikel naik di 2025, kinerja MBMA masih bisa lanjut bertumbuh, tapi ketika melandai lagi di 2026, kinerja berpotensi melambat. 

Untuk menemukan saham nikel yang menarik, kami akan menggunakan beberapa indikator seperti: 

Pertama, tingkat margin keuntungan. MBMA memiliki tingkat gross profit margin paling rendah sebesar 6,86 persen. Artinya, secara operasional, margin keuntungan MBMA sangat rendah. Apalagi, jika dibandingkan dengan NCKL dengan gross profit margin sebesar 29,85 persen. Bahkan, dengan INCO yang pendapatannya tertekan memiliki gross profit margin sebesar 12 persen. 

Kedua, MBMA menjadi emiten nikel besar yang punya tingkat utang berbunga terbesar, senilai Rp9,71 triliun. (hasil konversi 592 juta dolar AS dengan kurs acuan laporan keuangan Rp16.393) Namun, tingkat utang itu tidak jadi masalah karena cuma beda tipis dengan NCKL yang senilai Rp8,65 triliun. Apalagi, tingkat DER-nya juga cenderung sama sekitar 0,3 kali.

Ketiga, secara valuasi saham MBMA menjadi yang termahal jika dilihat dengan price to earning ratio (P/E) maupun price to book value (PBV) dibandingkan dengan kedua saham nikel lainnya. 

MBMA memiliki PE 86,56 kali, sedangkan PBV sebesar 2,5 kali. Jika dilihat dari segi PE, posisi yang paling murah adalah NCKL sebesar 10,16 kali, sedangkan dari segi PBV, INCO yang paling murah sebesar 0,98 kali.

Dari poin nomor pertama dan ketiga membuat kami menilai NCKL bisa lebih menarik dibandingkan dengan MBMA maupun INCO jika melihat perseroan mampu menjaga gross profit margin sekitar 29,85 persen hingga akhir tahun. Lalu, untuk potensi turnaround story di 2025 atau 2026, saham INCO jelas menarik. Apalagi, jika produksinya normal lagi, kinerja INCO bisa bertumbuh signifikan nantinya. 

Kalau kamu lebih pilih MBMA, NCKL, atau INCO?

Mulai Langkah Investasi Saham-mu Bersama Mikirdividen

Kamu bisa mengetahui gambaran benefit jadi member mikirdividen dengan klik di sini.

Secara umum, kamu akan mendapatkan beberapa benefit dengan menjadi member mikirdividen seperti:

Analisis 31 Saham Dividen yang Cocok untuk Investasi Jangka Panjang (Di-update fundamentalnya per 3 bulan dan harga wajar secara real-time)24 Digest, Publikasi bulanan yang bisa memandumu investasi saham dengan fenomena yang bakal terjadi di bulan selanjutnyaGrup Diskusi di WhatsappEvent Online Bulanan

Kamu bisa jadi member Mikirdividen dengan Harga Diskon 33% menjadi Rp400.000 per tahun. Untuk join jadi member bisa klik di sini. | Promo Paket Ini Berlaku Hingga 31 Desember 2024

Selain itu ada promo lainnya seperti:

Paket Lengkap Mikirdividen 1 Tahun + Paket e-Book Saham Pertama: DISKON 44% menjadi Rp500.000. Tertarik dengan paket ini, klik link di sini | Promo Paket ini hanya berlaku hingga 30 September 2024Paket e-Book Saham Pertama dengan Benefit (e-Book Saham Pertama, Rekaman Event Saham Pertama, Kalkulator Harga Wajar): DISKON 33% menjadi Rp200.000. Tertarik dengan paket ini, klik link di sini | Promo Paket Ini Berlaku hingga 31 Desember 2024

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini

Loading